Posted by: teddy k wirakusumah | 27 October, 2008

KOMUNIKASI SOSIAL (SOCIAL COMMUNICATION)

 Karya: CARL I. HOVLAND

 

Sebagai seni, komunikasi mempunyai sejarah yang sangat panjang. Penulis, mimbarwan, penasehat public relations, dan petugas periklanan, adalah pemraktek-pemraktek utama dari seni tersebut.

Dalam pada itu sebagai bidang pembahasan ilmiah, komuni­kasi termasuk bidang baru. Tetapi dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini tampak perkembangan ke arah komunikasi secara ilmiah murni — usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegar azas-azas yang mendasari penyebaran informasi dan pembentukan opini dan sikap.

 

Kemudian bidang yang baru ini paling tidak, tampak pada tanggapan terhadap urgensi masalah ini yang semakin berkem­bang. Dalam industri, konsentrasi pengawasan yang semakin meningkat telah memperbesar jurang antara para pekerja dan pimpinan; dan pada kedua belah fihak timbul perasaan akan perlunya interkomunikasi yang lebih efektif. ‘Kerangka acuan (Frame of reference) yang berbeda antara pimpinan dan kaum buruh, telah membuat masalah tersebut lebih intensif. Masalah yang berhubungan dengan ketata-laksanaan kerja akan dibica­rakan oleh penulis lain.

 

Dalam kehidupan nasional kita (Amerika Serikat; pen.) terdapat pula jurang yang sama antara pembuat undang-­undang dan penduduk. Dalam hal ini alat-alat interkomunikasi yang resmi sedikit banyak telah memberikan bantuan. Radio telah berhasil mendekatkan para pemimpin politik kepada para pemilih, dan telah membuat pandangan penduduk lebih dekat kepada perhatian pembuat undang-undang. Tetapi yang masih dirasakan kurang ialah interkomunikasi yang lebih efektif untuk menggantikan keakraban dalam pertemuan-pertemuan yang pernah terdapat pada demokrasi kita (Amerika Serikat; pen.) pada waktu-waktu yang telah silam.

 

Kekurangan yang sama dalam komunikasi timbul pula dalam percaturan internasional. Baru-baru ini saya mendengar seorang pejabat penting dari Perserikatan Bangsa-Bangsa berkata sebagai berikut: “Kalau saja saya dapat mengadakan komunikasi dengan orang-orang Rusia”. Di situ bukanlah masalah, komunikasi fisik, melainkan komunikasi psikologis; bukan halangan bahasa semata-mata, melainkan halangan psikologis untuk mengadakan komunikasi itu.

 

Yang lebih-lebih merupakan tantangan terhadap masalah komunikasi ini, ialah kenyataan, bahwa masalah tersebut bukanlah persoalan bagi seorang ahli yang mengkhususkan diri saja. Pemahaman yang seksama terhadap masalah komu­nikasi itu tergantung lebih banyak keaneka-ragaman bakat dan deretan spesialisasi yang lebih luas dari pada kepada satu masalah ilmu pengetahuan sosial lainnya. Ilmu pengetahuan komunikasi yang sebenarnya memerlukan kerjasama antara pemraktek (practitioner) dengan ilmiawan (scientist.) Jadi redaktur suratkabar, penyiar radio, produser film, ahli psiko­logi, ahli sosiologi, ahli antropologi, dan ahli politik memegang peranan penting untuk melaksanakan komunikasi.

 

Sudah banyak definisi yang telah ditampilkan mengenai istilah “komunikasi” ini, akan tetapi demi tujuan pembahasan sekarang ini, saya akan mendefinisikan komunikasi seoagai proses dimana seorang insan (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-­kata) untuk merobah tingkah-laku insan-insan lainnya (komuni­kate); (as the process by which an individual (the communica­tor) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicatees)

 

Jadi definisi ini memberikan batasan kepada tugas peneli­tian untuK menganalisa empat faktor:

(1) komunikatoryang menyampaikan komunikasi;

(2) perangsang yang dioperkan oleh komunikator;

(3) insan-insan yang menanggapi komunikasi;

(4) tanggapan-tanggapan komunikate terhadap komunikasi.

Sebagai tambahan kita harus menganalisa hukum-hukum dan azas-azas yang berhubungan dengan unsur-unsur di atas.

 

Mengenai komunikator dan pengaruh tingkah-lakunya terhadap tanggapan komunikate, telah banyak dipelajari. Dalam kategori ini termasuk masalah yang penting, seperti efek komunikasi dimana komunikatornya tidak dikenal, dan efekti­vitas ajakan komunikator yang dilancarkannya sendiri diban­dingkan dengan pernyataan yang disiarkan melalui radio, film, dan media lainnya.

 

Analisa terhadap faktor kedua, yakni perangsang, telah dipelajari secara mendalam. Sesungguhnya apabila disebut analisa komunikasi atau lembaga komunikasi yang tersebar dimana-mana, aspek inilah yang biasanya dimaksudkan. Dalam kemuskilan peradaban yang terus berkembang, mempelajari bahan apa dan soal apa yang sedang disebar-luaskan, adalah tugas yang penting. Analisa terhadap materi yang disiarkan berbagai saluran komunikasi menghendaki kemajuan teknik yang teliti dan luas. Studi terhadap perangsang yang disam­paikan oleh kamunikator memerlukan teknik yang biasa dike­nal sebagai analisa isi (content analysis). Pada waktu sebelum dan selama perang, masalah ini telah dikerjakan secara cepat. Studi yang dilakukan oleh Lasswell, Kris, dan Speier, mengenai analisa terhadap propaganda musuh melalui suratkabar, radio, dan film, merupakan contoh-contoh yang baik bagi kemajuan bidang ini dalam beberapa tahun terakhir ini. Metoda-metoda ini menampilkan analisa segi-segi yang berhubungan dengan komunikasi, seperti thema isi, jenis peng-lambang-an, cara retorik yang digunakan, karakteristik sintaktis, dan lain-lain. Tanpa uraian yang menyeluruh yang dimungkinkan oleh metoda yang baru dan teliti untuk menjelaskan aspek perang­sang itu, maka tugas untuk merumuskan azas-azas dan gene­raliasi-generalisasi akan merupakan tugas yang sulit sekali.

 

Oleh karena perangsang dalam komunikasi terutama menggunakan lambang-lambang dalam bentuk kata-kata, maka penting sekali untuk mengerti bahasa dalam kornunikasi. Perkembangan terakhir dalam analisa terhadap bahasa dan bidang semantik merupakan segi yang penting bagi ilmu komunikasi. Analisa terhadap masalah ini menghendaki perha­tian bukan saja kepada perbedaan-perbedaan antara bahasa­-bahasa dari berbagai bangsa yang berlainan, tetapi juga kepada masalah-masalah yang sama kemelutnya diantara perbedaan bahasa antara kelompok-pelompok masyarakat kita sendiri (masyarakat Amerika Serikat; pen.) – yaitu antara ilmia­wan dan bukan ilmiawan atau antara buruh dan pimpinan.

 

Studi ilmiah mengenai materi yang disiarkan berusaha untuk bersikap obyektif dan tidak menaruh perhatian kepada nilai-nilai dari materi yang dioperkan itu. Dengan demikian, dalam segi inilah penelitian seharusnya dilengkapi dengan studi-studi mengenai hal-hal lainnya, seperti tata-cara komuni­kasi, pengelolaan pers bebas, dan berbagai masalah lainnya yang ditangani oleh Commission on Freedom of the Press. Di sini ahli filsafat, mahasiswa yang mempelajari pemerintahan, dan ahli-ahli hukum, mempunyai peranan yang penting. Untuk kepentingan mereka penelitian dapat menyediakan data dasar yang obyektif bagi keperIuan analisanya, terutama yang berhu­bungan dengan penilaian terhadap berbagai kebijaksanaan komunikasi.

 

Sekarang kita beralih ke rnasalah kita yang ketiga, yaitu analisa terhadap orang-orang yang menerima komunikasi. Di sini kita berhadapan dengan teras masalah dari psikologi indi­vidual- Apakah motif orang-orang, apakah kemampuan mereka, bagaimana predisposisi mereka terhadap cara mereaksi ter­hadap berbagai perangsang yang dihadapi ?

 

Seraya psikologi bersangkutan erat dengan masalah ini, di­siplin-disiplin lainnya telah memberikan bantuan penting kepada pengetahuan kita. Psikiatri dan psikoanalisa telah memberikan bantuannya kepada analisa mengenai motif-motif perorangan yang kompleks itu. Penelitian antropologi masya­rakat kita (Amerika Serikat; pen.) sendiri menunjukkan bagai­mana motif-motif dan pola-pola yang dominan dari seseorang dapat diramaikan dari faktor-faktor seperti kedudukannya dan klas sosialnya. Jadi informasi yang penting mengenai orang yang dipengaruhi oleh komunikasi dilengkapi dengan data dan sensus. Hanya dengan mengetahui, bahwa seseorang berumur 21 tahun, kaya, dan berintelegensi tinggi, kita akan dapat meramalkan motif-motifnya, kebiasaannya, dan kernampuannya untuk belajar, yang benar-benar relevan dengan jenis komu­nikasi yang akan dijalankan. Lebih-lebih lagi tata-cara yang diperoleh dari psikologi klinis dan pengetahuan secara lang­sung mengenai seseorang, akan menghasilkan ramalan yang lebih jitu. Bagi kemajuan pengertian kita tentang komunikasi, lapangan tersebut memberikan harapan besar. Studi-studi mengenai kebudayaan lain dan pola-pola nasional yang lain merupakan bagian yang integral dari masalah ini. Pengertian yang lebih baik mengenai negara-negara di Eropah Timur, umpamanya, dan komunikasi yang lebih banyak dengan negara negara tersebut menghendaki penelitian yang luas terhadap presdisposisi-presdisposisi orang-orang dalam berbagai kebudayaan dunia. Pada waktu ini masalah tersebut di berbagai pusat penelitian telah mulai dikerjakan.

 

Segi ke-empat dari analisa kita ialah tanggapan-tanggapan terhadap komunikasi. Beberapa aspek dari masalah ini telah jauh lebih maju dari yang lainnya. Salah satu dari tanggapan yang paling sederhana ialah perhatian terhadap komunikasi. Studi-studi mengenai apa yang dilihat oleh pembaca dalam komunikasi clan apa yang mereka baca – umpamanya dalam surat kabar – secara relatif telah banyak. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat usaha-usaha yang semakin banyak untuk menghubungkan tanggapan-tanggapan yang sederhana, seperti tingkah-laku membaca, dengan karekteristik-karakteris­tik penanggapan seseorang. Studi-studi seperti itu menghu­bungkan bacaan dengan sex, taraf pendidikan, kelompok umur, dan lain-lain.

 

Demikian pula banyak penelitian terhadap tanggapan telah dilakukan dalam bidang radio. Akan tetapi di sini titik-berat penelitian ditekankan kepada tanggapan-tanggapan terhadap pendengaran (listening) dan kesukaan. Dalam tahap masalah ini alat-alat untuk mencatat tanggapan-tanggapan terhadap kesukaan atau ketidaksukaan merupakan suatu bantuan. Akhir-akhir ini terdapat pula penelitian yang sama mengenai efektivitas radio dalam mempengaruhi opini dan menyiarkan informasi. Adalah sama pula halnya dengan penelitian mengenai analisa tanggapan terhadap film. Titik berat penelitian ditekan­kan kepada apa yang disenangi orang. Ini merupakan aspek komersial. Perhatian utama terhadap tujuan lain telah ditun­jukkan oleh Payne Fund yang menyelidiki efek film terhadap tahap-tahap tingkah-laku sosial yang beraneka-ragam. Patut juga disebut di sini pekerjaan yang kita lakukan selama perang mengenai analisa terhadap efektivitas film yang dise­diakan oleh Angkatan Darat bagi pengetahuan para anggauta tentara mengenai latar belakang perang dan partisipasi rakyat. Di sini tanggapan-tanggapan dipelajari dalam hal banyaknya informasi yang diterima, perobahan opini, clan efek perobahan informasi dan opini terhadap motivasi.

 

Analisa mengenai tanggapan terhadap komunikasi telah memperoleh banyak fasilitas dari kemajuan teknik akhir-akhir ini. Metoda-metoda opini publik telah melangkah maju dengan cepat sebagaimana dapat dilihat pada surat-kabar-surat-kabar. Tetapi metoda-metoda tersebut tidak memadai untuk menca­kup aspek-aspek yang begitu banyak. Untuk banyak tahap masalah diperlukan metoda-metoda wawancara yang intensif. Dan bagi beberapa tahap masalah, penggunaan tata-cara klinis mungkin dapat membuktikan secara esensial untuk benar­benar mengerti tentang pengaruh yang menyeluruh dari komu­nikati.. Aspek lain dari masalah yang memerlukan pekerjaan lebih lanjut, ialah menghubung-hubungkan jenis-jenis yang berbeda diantara tanggapan-tanggapan terhadap komunikasi. Ini mencakup studi tentang bagaimana terjadinya perobahan dalam opini dan pernyataan secara lisan sehubungan dengan tahap-tahap lain pada tingkah laku seperti aksi sosial. Dan ini membawa kepada masalah yang sangat menarik tentang bagai­mana merobah cara seseorang menangkap masalah dan bagai­mana perobahan penangkapannya itu merobah kegiatan-­kegiatan lainnya.

 

Tugas kita dalam penelitian meliputi pula formulasi prin­sip-prinsip dan hukum-hukum yang berhubungan dengan perangsang, perorangan, dan tanggapan. Di sini kita tertumbuk pada keumuman yang luas dari masalah-masalah. Ternyata, bahwa prinsip-prinsip yang diperlukan untuk mengerti komuni­kasi, sesungguhnya adalah prinsip-prinsip yang diperlukan untuk mengerti aspek-aspek lain dari tingkah-laku, mulai dari perang secara psikologis sampai kepada psikoterapi dalam situasi muka. Jadi kita merasa beruntung dengan adanya pekerjaan dasar yang dilakukan bertahun-tahun yang mem­bawa kita ke analisa tingkah-laku psikologis beserta perobah­annya dan pada saat yang sama dihadapkan kepada begitu banyak masalah yang terpecahkan mengenai hubungan manusiawi.

 

Sudah tentu kita merasa beruntung dengan adanya pene­litian terhadap prinsip-prinsip seni komunikasi yang dilakukan oleh pemraktek-pemraktek selama bertahun-tahun. Mari kita sejenak mengadakan survey terhadap bantu-bantuan ini.

 

Lapangan pendidikan telah memberikan bantuan yang penting. Terhadap masalah bagaimana menyiarkan informasi yang faktual, umpamanya, karya yang telah dilakukan selama 20 tahun terakhir telah cukup memberikan keterangan. Tetapi masalah yang lebih penting dalam lapangan komunikasi mengenai nilai dan sikap, masih ada. Dalam hal ini kita berada dalam daerah luas yang tidak kita kenal, dengan realisasi yang kuat mengenai besarnya dan pentingnya masalah terdapat pada fihak pendidik, tetapi dengan informasi yang kurang dapat dipercaya ditangannya.

 

Sumber lain bagi hipotesa-hipotesa adalah pekerjaan yang dilakukan dalam diskusi-diskusi kelompok. Berdasarkan penga­laman praktis yang luas telah banyak ditulis buku-buku yang baik mengenai cara-cara melaksanakan diskusi-diskusi kelom­pok, tata-cara yang strategis dan taktis, dan lain-lain. Beberapa dari rekomendasi ini telah mengalami test percobaan, dan buku-buku tersebut berisikan gagasan penting yang harus dinilai.

 

Selama perang yang lalu oleh kelompok penelitian kita (Amerika Serikat; pen.) telah dilakukan pekerjaan yang sistema­tik dan tertuju kepada studi diskusi kelompok untuk menentu­kan jenis kepemimpinan yang paling efektif, dan efektivitas berbagai jenis penyajian. Studi yang luas mengenai diskusi kelornpok selama perang itu telah dilaksanakan oleh almarhum Kurt Lewin clan kawan-kawannya. Studi mereka itu menunjuk­kan bahwa diskusi kelompok yang dilanjutkan dengan keputus­an kelompok untuk melaksanakan aksi sosial yang khusus -­seperti makan roti yang kurang putih atau mencoba pengganti daging – adalah lebih efektif daripada ceramah dan keputusan secara individual. Penelitian ini meningkatkan jumlah pertanya­an-pertanyaan penting untuk penelitian sebagai faktor yang bertanggung-jawab bagi efektifnya keputusan kelompok, seperti antara anggauta-anggauta kelompok, karakteristik kepribadian dari mereka yang terpengaruh dan tidak terpenga­ruh oleh tekanan-tekanan kelompok, dan sebagainya.

Penelitian seperti itu akan memberikan kejelasan kepada kita mengenai antara seseorang dengan kelompok dalam komuni­kasi. Pekerjaan penting lainnya dalam hubungan dengan analisa diskusi konperensi dan efektivitasnya dalam berbagai situasi, sedang direncanakan.

 

Pekerjaan psikoterapi merupakan sumber hipotesa yang berharga. Ia telah menampilkan bentuk komunikasi yang pen­ting, yakni berbagai bentuk komunikasi tatap muka. Dari peker­jaan yang luas mengenai masalah itu telah dikembangkan sejumlah hipotesa, yang apabila diperkuat akan berguna sekali bagi komunikasi massa.

Baiklah saya ambil contoh: Sudah lama menjadi kepercayaan para ahli psikoterapi, bahwa keputusan-keputusan yang dicapai secara bebas oleh seorang penderita adalah mudah untuk dipengaruhi dan bertahan lama daripada kalau diberi sugesti oleh ahli terapi. Untuk psikoterapi individual beberapa peker­jaan telah dilaksanakan menuruti garis tersebut. Bagaimana dengan generalisasi pada taraf komunikasi massa ?

Apakah itu lebih efektif untuk meyakinkan sesuatu hal yang dikomunikasikan tanpa mengemukakan konklusi dan menye­rahkan kepada komunikate untuk menarik konklusi? Apakah lebih baik lagi menyajikan pembuktian dengan juga menarik konklusi untuk membaca atau mendengar? Pekerjaan yang sedang kita persiapkan tampaknya adalah untuk menunjukkan bahwa variabel yang penting ialah intelegensi seseorang atau kelompok yang dijadikan sasaran. Pada sasaran yang lebih cerdas efeknya akan berlangsung lebih lama apabila mereka ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, sedang pada sasaran yang kurang cerdas konklusi yang benar tidak akan selamanya tampak dan dimengerti tanpa dikemukakan secara eksplisit oleh komunikasi.

 

Sejumlah hipotesa penting telah dihasilkan oleh pengeta­huan tentang periklanan. Dengan hasil yang sistematis telah diperoleh pengertian yang cukup banyak disebabkan kenyata­an bahwa tujuan komunikasi biasanya ditentukan dengan jelas. Bagi lapangan tertentu lainnya ini adalah kontras, dimana orang-orang berkeinginan untuk berkomunikasi, tetapi sukar sekali untuk menentukan apa yang akan mereka komunikasi­kan. Dengan demikian seseorang dapat membuat evaluasi yang seksama mengenai suksesnya sesuatu usaha.

 

Tetapi pada periklanan sebagai sumber prinsip komunikasi terdapat sejumlah pembatasan yang penting. Yang pertama adalah kenyataan bahwa banyak hasilnya yang dirahasiakan demi kepentingan komersial. Kesulitan yang kedua ialah kemus­kilan situasi di mana penelitian dilakukan. Sering sekali organi­sasi-organisasi menjalankan perik!anan secara serentak pada siaran radio, surat-kabar, majalah, dan poster, yang disebabkan hubungan waktu pemasangannya yang sukar untuk menge­tahui hasilnya. Ke tiga, penelitian dilakukan terutama tidak menurut sistematik teoritis, sehingga sukar untuk menggene­ralisasikan hasilnya kepada situasi baru. Acapkali hasilnya merupakan jenis di mana Wan A lebih berhasil meningkatkan perdagangan dari pada Wan 5, tetapi tanpa perhitungan yang sisternatis mengenai hubungan di antara kedua Wan itu, di mana letak kesamaannya clan di mana ketidak-samaannya.

 

Pada akhirnya, gagasan-gagasan yang penting timbul dari analisa mengenai problem-problem komunikasi dalam industri. Pentingnya problem ini telah ditunjukkan dengan jelas oleh studi-studi yang terdahulu oleh Mayo dan lain-lainnya. Buku sejenis !tu karya Chester Barnard mengenai kepemimpinan menampilkan sejumlah besar hipotesa penting mengenai peranan komunikasi, saluran-saluran resmi dan tidak resmi pada suatu organisasi dan hambatan-hambatan terhadap komunikasi yang, lebih efektif pada garis organisasi.

Pekerjaan sistematis kini sedang dimulai mengenai masalah komunikasi dalam managemen, antara managemen dan pekerja, dan antara managemen dengan publik.

Jadi problem yang kita hadapi sekarang ini bukanlah keku­rangan gagasan dan hipotesa. Seperti kita lihat, hal-hal terse­but dapat kita peroleh dari segala fihak. Yang terutama kurang pada kita ialah dua hal:

 

  1. struktur teoritis yang lengkap untuk merangkum gagasan gagasan dan dugaan-dugaan yang berbeda dari berbagai lapangan, dan
  2. karya eksperimen yang sistematis untuk men-check dan memeriksa kebenaran atau membuktikan ketidak-benaran hipotesa-hipotesa yang diperoleh.

 

Dalam usaha men-sistematis-kan suatu lapangan karya telah memberikan bantuan yang besar. Hal ini dapat diduga sebelumnya jika kita ingat bahwa komunikasi pada hakekatnya adalah mempelajari, dimana kondisi-kondisi untuk mempelajarinya itu dibentuk oleh orang lain, yakni komunikator. Jadi semua kegiatan mengajar adalah mengadakan komunikaasi.

 

Sebagai hasil dari hubungan yang akrab antara komunikasi dengan mempelajari, kita mempunyai prinsip-prinsip yang siap untuk menuntun kita kearah perkembangan ilmu komunikasi. Kita mengetahui adanya unsur-unsur yang erat hubungannya dengan analisa terhadap proses ini – perangsang, tanggapan, motif, dan ganjaran. Kita mengetahui kondisi-kondisi yang meng­hendaki kebiasaan-kebiasaan baru. Kita mengetahui pula apa yang terjadi apabila keempat unsur tadi ditentukan waktunya secara seksama, dan apabila tidak.

 

Prinsip-prinsip tersebut terikat kepada .yugaan-dagaan yang berasal dari kelompok-kelompok yang telah disebutkan sebelumnya. Tetapi hal itu cenderung membuat kita skeptis terhadap teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa komunikator. Baiklah saya ambil sebuah contoh.

 

Banyak pemasang iklan yang tegas-tegas berkeyakinan bahwa suatu komunikasi akan efektif jika diulangi beberapakali. Sebaliknya teori psikologi rnenekankan kepada fakta bahwa kegiatan berulang-ulang hanya akan efektrf jika memperhatikan adanya kombinasi yang cocok antara unsur-unsur motif, ganjaran, dan tanggapan.

Tanpa suatu tanggapan yang menuju kepada kepuasan hati yang terjadi bukan mendapat pelajaran, melainkan sebaliknya. Secara umurn dapat kita katakan bahwa kegiatan berulang-ulang akan memperkuat tingkah-laku yang dikehendaki, akan tetapi kekuatan itu bukan hanya hasil dari kegiatan beru!ang-­ulang itu saja.

 

Pendekatan pemasang iklan kepada problem komunikasi digambarkan dalam sebuah kisah yang terdapat pada suratkabar New York Times mengenai kampanye berencana untuk menghilangkan prasangka ras.

 

 

Dewan Perikalanan akan melancarkan kampanye iklan nasional yang agresif yang sungguh-sungguh akan menggunakan setiap bentuk medium untuk rnencapai pubiik. dengan tujuan “membuat prasangka ras tidak populer seperti B O”, demikian diumumkan kemaren.

 

Dalam konperensi pers sebelum kampanye itu diumum­kan, wakil direktur Bristol Myers dan koordinator kam­panye tersebut, Lee Bristol, mengatakan: “Setiap cara periklanan yang mungkin dapat digunakan, akan dimobi­lisir dalam perjuangan terhadap prasangka tersebut.  Para ahli periklanan telah menyumbangkan waktu dan bakatnya bagi perencanaan poster-poster yang menarik dan penerangan-penerangan yang baik mengenai kepercayaan bangsa Amerika itu. Melalui fasilitas-fasilitas perusahaan kami akan menggunakan periklanan dalam suratkabar, majalah, radio, televisi, poster, dan karcis-karcis kereta api.

 

Berbicara tentang rencana yang akan dilaksanakan, Edward Royal yang bertindak sebagai pelaksana kampanye menegaskan, bahwa kegiatan kampanye tersebut akan di­kerahkan ke arah Selatan.

“Kita mengetahui bahwa di daerah Selatan sudah ada yang menyokong kita,”demikian Mr. Royal “Kami ­bermaksud akan melakukan kegiatan di daerah Selatan sebaik mungkin dan sesering mungkin, dan kami yakin bahwa bahan kampanye kami secara tetap akan disiarkan oleh suratkabar-suratkabar dan media lainnya di daerah Selatan itu.”

Tujuannya memang berharga, dan media komunikasi akan memegang peranan penting dalam mengatasi problem ini, akan tetapi saya yakin, dari tulisan Mr Wirth pada hari-hari berikutnya anda akan merasa bahwa beberapa unsur penting dalam masalah itu tidak diperhitungkan dengan sempurna. Tetapi kalau kampanye itu tertuju kepada motif-motif pribadi yang penting, pengulangan akan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada orang-orang yang menjadi sasaran komunikasi itu.

 

Saya telah menggaris-bawahi peranan teori psikologi. Yang sama pentingnya ialah perkembangan teori sosiologi dan antropologi mengenai komunikasi. Cara komunikasi, yang berlangsung dalam berbagai jenis struktur sosial merupakan contoh yang jelas. Bahkan yang lebih penting lagi ialah kenya­taan bahwa mengerti sistem ganjaran untuk perorangan hanya­lah mungkin dalam garis struktur masyarakat individu, dan bahwa analisa sosiologis dan antropologis mengenai apa yang diperoleh sebagai ganjaran (rewarded) dan apa yang diperoleh sebagai hukuman (punished) dalam masyarakat secara kese­luruhan – dan lebih khusus lagi dalam masyarakat – mempu­nyai fungsi yang sangat penting.

 

Mudah-mudahan survey yang singkat ini menunjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun ini dapat dikembangkan bahan-bahan dasar untuk membantu perkembangan ilmu komunikasi, kemajuan dalam metode studi tingkah-laku yang ditimbulkan oleh komunikasi, dan kemungkinan diperolehnya himpunan-himpunan pengalaman, serta teori yang sistematis, yang memungkinkan dilakukannya observasi dari eksperimen yang lebih kritis. Dapatlah kiranya kita saksikan kemajuan yang pesat dalam bidang baru yang penting ini diwaktu-waktu mendatang.

Older Posts »

Categories